Lele Laila: Kisah di Balik Layar Perfilman Indonesia

 Lele Laila adalah penulis skenario yang membangun kariernya melalui cerita-cerita dengan beragam pendekatan, mulai dari drama pendek hingga film panjang yang menyentuh ranah horor, relasi sosial, dan pengalaman emosional manusia. Konsistensinya terlihat dari cara ia merangkai kisah, tak hanya untuk menakuti, tapi juga untuk mengajak penonton memahami sisi-sisi tersembunyi dari kehidupan.

Sumber: KapanLagi.com

Lahir pada 8 April 1991 di Bogor, Jawa Barat, Lele Laila tumbuh dengan ketertarikan pada dunia menulis sejak usia muda. Ketertarikan itu muncul dari kegemarannya membaca cerita horor dan kisah-kisah misteri yang ia temukan di majalah atau buku cerita anak-anak. Ia tumbuh dengan rasa ingin tahu tinggi terhadap hal-hal yang tidak biasa, yang kelak menjadi ciri khas dalam karya-karyanya.

Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Indonesia dengan jurusan Kriminologi. Setelahnya, ia juga mengambil studi Administrasi Bisnis di Institut Teknologi Bandung. Latar belakang akademis yang beragam ini memberikan fondasi yang kuat dalam membangun karakter dan cerita. Pendekatannya yang logis dari kriminologi dan perspektif bisnis dalam memahami pasar penonton menjadikannya penulis yang tangguh secara teknis dan kreatif.

Kariernya dimulai pada usia 21 tahun lewat keterlibatannya dalam proyek film Sanubari Jakarta (2013), sebuah antologi film pendek bertema cinta dan identitas. Dalam proyek ini, Lele menunjukkan bahwa ia mampu mengangkat isu sensitif dengan pendekatan emosional yang tetap terasa hangat dan kuat.


Sukses di Genre Horor

Nama Lele mulai mencuat ketika ia menulis skenario film Danur: I Can See Ghosts (2017), adaptasi dari buku karya Risa Saraswati. Film ini sukses besar dan menjadi pelopor kebangkitan film horor berbasis kisah nyata di Indonesia. Kesuksesan Danur disusul dua sekuel lainnya: Danur 2: Maddah (2018) dan Danur 3: Sunyaruri (2019).

Tidak berhenti di situ, ia juga menulis skenario film Asih, Ivanna, dan KKN di Desa Penari (2022). Film KKN yang diangkat dari cerita viral di media sosial berhasil mencetak sejarah sebagai film Indonesia paling banyak ditonton sepanjang masa, dengan jumlah penonton melampaui 10 juta.

Lele dikenal karena kemampuannya menghidupkan suasana horor melalui elemen budaya lokal, mitos, serta konflik batin tokohnya. Ia tidak hanya menyajikan ketegangan, tapi juga kedalaman cerita yang membuat penonton terhubung secara emosional.


Narasi Sosial dan Suara Perempuan

Di balik genre horor yang mencekam, Lele kerap menyisipkan kritik sosial dan narasi tentang perempuan. Film Wanita Ahli Neraka (2024), misalnya, mengangkat tentang tekanan rumah tangga dan relasi gender dalam masyarakat. Melalui simbol dan elemen mistis, film ini menggambarkan perasaan tertekan, ketidakberdayaan, hingga pembebasan diri.

Lele percaya bahwa horor bukan sekadar cerita seram. Ia memanfaatkannya sebagai medium untuk menyampaikan isu-isu sosial yang relevan dan kadang dianggap tabu. Dengan gaya penceritaan yang halus namun tajam, ia menyentuh persoalan struktural lewat pendekatan yang emosional dan reflektif.


Produktivitas dan Gaya Menulis

Tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling sibuk bagi Lele Laila. Ia menulis skenario untuk beberapa film horor seperti Pemandi Jenazah, Badarawuhi di Desa Penari, dan Pabrik Gula. Film Pabrik Gula meraih lebih dari 4,6 juta penonton, membuktikan bahwa ceritanya mampu diterima luas oleh publik.

Gaya menulis Lele dikenal sederhana namun efektif. Ia tidak terlalu banyak menggunakan dialog panjang, tetapi lebih menekankan pada atmosfer, ekspresi karakter, dan dinamika ruang. Penonton dibuat merasa seolah-olah berada di dalam cerita, bukan hanya menyaksikannya dari luar.


Kesimpulan

Lele Laila membuktikan bahwa latar belakang daerah bukanlah penghalang untuk berkontribusi di industri kreatif nasional. Dengan kerja keras, konsistensi, dan kepekaan terhadap cerita, ia telah menghasilkan karya-karya yang tidak hanya menakutkan tetapi juga bermakna. Lewat pendekatan yang khas, ia menjadikan genre horor sebagai ruang untuk bercerita tentang manusia, budaya, dan realitas sosial.


Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Perempuan di Panggung Musik: Band-Band Asal Bogor dengan Vokalis Perempuan

Suwarsih Djojopuspito: Sastrawan Perempuan Bogor yang Jarang Diketahui

Perbaikan Jalan Ambles di Batu Tulis Ditargetkan Selesai Sebelum Lebaran